Kamis, 10 Januari 2019

tulisan lepas

TULISAN LEPAS

Tak lama lagi, para siswa kelas 12 tingkat SMA akan meninggalkan bangku sekolah dan seragam abu-abu yang selama ini mereka pakai hampir saban hari. Banyak kenangan-kenangan indah dilalui selama di bangku sekolah, baik bersama teman sekolah maupun guru-guru yang mengajarnya.
Berikut ini kami sajikan kumpulan kata-kata mutiara perpisahan yang paling mengharukan dan bisa jadi bikin Anda mewek. Nah, ini dia kata-kata dan ucapan perpisahan sekolah paling mengharukan, untuk teman dan guru yang kami kutip dari berbagai sumber terpercaya :
Seperti kita pergi, kita ingat semua waktu yang kita habiskan bersama dan sebagai hidup kita berubah menjadi apa pun, kita masih akan menjadi teman selamanya.
===
Hari kelulusan adalah seperti hari perhitungan . Anda akan menjadi penentu berdasarkan apa yang telah Anda tanamkan.
===
Tidak ada kata yang tepat untuk diucapkan , wahai teman . hanya hening yang selalu tersebar derai untuk mengucapkan selamat tinggal . silakan lanjutkan perjuanganmu ke arah lain , tempat baru , yang akan menjadi jarak untuk persahabatan kita.
===
Hari ini , jiwa dan naluri kita menjadi terluka pada tubuh perpisahan saat ini. Tapi percayalah teman, hati kita akan selalu terikat. persaudaraan kita akan lebih dekat, semakin jauh Tubuhmu bergerak, hatimu semakin lebih dekat.
===
Jangan terlalu sedih, teman. Marilah berbahagia, karena Anda akan menemukan suasana yang baru, bukan disini lagi, tapi di sana. Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan menjadi kenangan yang tumbuh subur, menabur benih sukacita di antara kita. Karena kita tidak perlu berada di sini, kita tidak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke tempat yang berbeda, yang siap untuk kita untuk hidup.
===
Perkuat langkahmu teman, yakinkan diri dan hatimu hari esok pasti cerah, besok adalah harapan yang harus dicapai. Anda harus melihat dengan senyuman lebar , muka ceria , dan besok senang. Yakinlah teman, cinta dan sukacita kita selalu bersatu. Kita akan bersatu selamanya, mengingat persahabatan ini.
===
Sahabatku, biarkan jatuh aliran air mata, biarkan mengalir, mengatakan kata seindah – indah . Biarkan saja, karena air mata tidak berarti sedih, air mata tidak berarti kesediha , air mata juga simbol hati bahagia. Biarkan dia menemani kita di hari ini. Biarkan air mata jatuh karena datang ke ini , untuk perpisahan.

aljabar linier

A.       Pengertian Aljabar Linier
       Aljabar merupakan salah satu cabang dari ilmu matematika. Sedangkan cabang dari ilmu aljabar itu sendiri antara lain aljabar linier dan aljabar abstrak. Aljabar abstrak memiliki banyak materi yang dibahas dan dikembangkan. Struktur aljabar merupakan salah satu materi dalam aljabar abstrak. Selain pemetaan, materi yang dibahas pada struktur aljabar pada dasarnya tentang himpunan danoperasinya. Sehingga dalam mempelajari materi ini selalu identik dengan sebuah himpunan yang tidak kosong yang mempunyai elemen­elemen yang dapat dikombinasika dengan penjumlahan, perkalian, ataupun keduanya dan juga boleh operasi biner yang lainnya. Hal tersebut berarti pembahasan-pembahasannya melibatkan objek-objek abstrak yang dinyatakan dalam simbol-simbol.



B.       Pengertian Matriks
       Matriks merupakan salah satu ekspresi metematis yang sangat banyak dipakai dalam aplikasi. Secara umum, matriks merupakan sekumpulan informasi yang diletakkan sehingga membentuk baris-baris dan kolom-kolom.
       Matriks A pada medan K, atau singkatnya matriks A (jika K adalah implisit) susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalalm bentuk berikut :
a11       a12        ...         a1n
A =      a21      a22                    a2n
...       ....        ...         ...
am1     am2       ...         amn
          Baris-baris dari matriks A seperti ini adalah m deretan horizontal yang berisi skalar-skalar :
          (a11, a12, ..., a1n), (a21, a22, ..., a2n), ....., (am1, am2, amn)
       Sebuah matriks dengan m baris dan n kolom disebut matriks m x n. Sebuah matriks yang hanya mempunyai satu baris disebut matriks baris dan matriks yang hanya mempunyai satu kolom disebut matriks kolom. Sebuah matriks yang seluruh entrinya adalah nol disebut matriks nol dan biasanya dinotasikan dengan 0.
Contoh :
(a)  Susunan persegi panjang A = 1     -4      5     adalah matriks 2 x 3. Barisnya
                                               0     3       -2
adalah (1,-4,5) dan (0,3,-2), sedangkan kolomnya adalah
                                               1          -4         5
                                                           0          3          -2
 

(b) matriks nol 2 x 4 adalah matriks 0 =      0   0   0  0
                                                                     0   0   0  0
C.           Matriks Perjumlahan
     Misalkan A=(aij) dan B=(bij) adalah dua matrik dengan ukuran yang sama,
katakanlah matriks m x n. Jumlah dari A dan B, ditulis A+b, adalah matriks
yang diperoleh dengan menjumlahkan elemen-elemen yang bersesuaian
dari A dan B.                    
Contoh :
Misalkan
                   1     -2    3                 4     6       8
     A     =    0     4     5       B =    1     -3      -7     Maka
 

                   1+4        -2+6       3+8               5       4          11
     A+B =   0+1        4+(-3)    5+(-7)       =  1       1          -2

Rumus penjumlahan matriks dan perkalian skalar :
1.    (A+B) + C = A + (B+C)
2.    A + 0 = A
3.    A + (-A) = 0
4.    A + B = B + A
5.    K1 (A + B) = K1A +K1B
6.    (K1 + K2)A = K1A + K2A
7.    (K1 K2)A = K1 (K2 A)
8.    1. A = A, 0 .A = 0
D.           Matriks Perkalian
     Misalkan 2 buah matriks A = (aij) dan B = (bij) sedemikian rupa sehingga jumlah kolom A = jumlah baris B, atau Am ‘p dan Bp’n, maka matriks AB adalah sebuah matriks hasil perkalian A dan B di mana elemen-elemennya dihasilkan dengan mengalihkan baris-baris A kepada kolom-kolom B :
                
                 A1.B1   A1.B2          ....   A1.Bn
     AB =   A2.B1   A2.B2          ....   A2.Bn
                 .......     .........     ....      ........
                 Am.B1  Am.B2         ....   Am.Bn


      Contoh :
     Misalkan     1   2        1   1   = 1.1+2.0    1.1+2.2       =   1       5         
                        3   4        0   2        3.1+4.0    3.1+4.2            3       11
                
                        1   1        1   2   =  1.1+2.0    1.1+2.2       =   4       6
                        0   2        3   4        0.1+2.3    0.2+2.4            6       8

     Contoh 2 :
                                      3
                      (7,-4,5)          2       = 7(3) + (-4)(2) + 5(-1) = 21-8-5 = 8
               -1
Misalkan A, B dan C adalah matriks. Maka, hasil kali dan jumlah dari matriks-matriks tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1.      (AB)C = A(BC) (hukum asosiatif)
2.      A(B + C) = AB + AC (hukum distributif kiri)
3.      (B + C)A = BA + CA (hukum distributif kanan)
4.      K(AB) = (kA) B = A (kB), dimana k adalah skalar

Minggu, 06 Januari 2019

puisi inspirasi hidup

Berapa kali kutanya mimpi
Harapan-harapan kita berdua yang berdebu
Jawaban ada pada masa lalu
Berapa kali kusapu sungai dimataku
Sedang punggungmu bahkan tak sudi bicara
Dan matamu, hatimu, jiwamu, sebagai asing pengembara
Berapa jauh jarak kutempuh
Menangis luka sedihku bersimpuh
Tidak ada janji tidak ada mimpi
Semua hilang ditelan benci
Apalah dayaku saat ini
Menggapai harap yang pupus dan musnah
Kebingunan, kesepian, kesedihan
Adalah teman setiap yang menyedihkan
Lalu, katakanlah
Dengan siapa lagi aku mencinta
Hati pun aku tak punya
Kau bakar habis dengan cinta dan kemarahan
Setelah kau bawa lari menimbun kenangan

link teman kuliah

LINK BLOG TEMAN

LINK BLOG TEMAN

Muzayyin : https://amuecangkreng.blogspot.com 
Rizal : https://belengsabe.blogspot.com
Kholeq : https://Kholikmumfarisa.blogspot.com
Wahed : https://wahedgokil.blogspot.com
Adi : https://adizainurrahman.blogspot.com
Fahmi : https://fahmi024.blogspot.com
Raysal : https://raysal4far.blogspot.com
Abul : https://olardeun.blogspot.com
Sufyan Yhya : https://Yahya288.blogspot.com
Mahmudi : https://Mahmudisarjana.blogspot.com
Wiro : https://dealovalakarlhibelih.blogspot.com
 Sukri : https://Sukriyantogaul.blogspot.com
Nasihinn : https://nasihinajha.blogspot.com
Hadi : https://hadihasbullah.blogspot
Yogi : https://habibsetyoapriyogi.blospot.com
Salim :https://mohammadsalimbarizi. Blogspot.com
Ramdhan :https://Ramdhanpemrograman.blogspot.com
Malik :https://Malikurrahman1.blogspot.com
Abd hamid :https://OgenkHamid01.blogspot.com
Yaqin :https://aqinrancakmania.blogspot.com
Fikih :https://khmuhammadfiqih.blogspot.com
Hanafi :https://pembururawit.blogspot.com
Faizin :https://faizinvespa.blogspot.com
Kamil :https://kamilkhuluqi.blogspot.com
Bias pandu : https://beritabps.blogspot.com
Zaki. : https://zakkibiaunillah.blogspot.com
Wariono : https://wariyonosukorejo.blogspot.com
Malik : https://zivanka.blogspot.com
Pras : https://pangeran angin-angin.blogspot.com

Biodata

Nama lengkap: kholik mumfarisa
Ttl: 14-november-2000
Apamat: sopet
fb: kholik mumfarisa
IG: Kholik mumfarisa legion
E-mail: holiksaja531@gmail.com
Hobi: membaca
Cita-cita: guru




dasar pemrograman

ALJABAR LINIER

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN MATRIKS SISTEM PERSAMAAN LINIER

SPL mempunyai m persamaan dan n variable.
Matris yang diperbesar (augmented matrix)

Contoh : Solusi Tunggal
(g_1=2x-3y=6@g_2=3x+y=4)
Contoh : Solusi Banyak
g1 = 2x - 3y = 6
g2 = 2x – 3y =6
m <  n
Contoh : Tidak Konsisten
(g_1=2x-3y=6@g_2=2x-3y=8)/(0                   = -2)
0 = Konstanta
2.2   ELIMINASI GAUSS
       Pada bagian ini kita akan memberikan prosedur yang sistematik untuk memecahkan sistem-sistem persamaan linear; prosedur tersebut didasarkan kepada gagasan untuk mereduksi matriks yang diperbesar menjadi bentuk yang cukup sederhana sehingga sistem persamaan tersebut dapat dipecahkan dengan memeriksa sistem tersebut.
Matriks di atas adalah contoh matriks yang dinyatakan dalam bentuk eselon baris terreduksi (reduced row-echelon form). Supaya berbentuk seperti ini, maka matriks tersebut harus mempunyai sifat-sifat berikut.
Jika baris tidak terdiri seluruhnya dari nol, maka bilangan taknol pertama dalam baris tersebut
adalah 1. (Kita namakan 1 utama).
Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka semua baris seperti itu dikelompokkan bersama-sama di bawah matriks.
Dalam sebarang dua baris yang berurutan yang seluruhnya tidak terdiri dari nol, maka 1 utama dalam baris yang lebih rendah terdapat lebih jauh ke kanan dari 1 utama dalam baris yang lebih tinggi.
Masing-masing kolom yang mengandung 1 utama mempunyai nol di tempat lain.
Matriks yang memiliki sifat-sifar 1,2 dan 3 dapat dikatakan dalam bentuk eselon baris (row-echelon form).

Prosedur untuk meredusi matriks menjadi bentuk eselon baris terreduksi dinamakan eliminasi Gauss-Jordan, sedangkan untuk mereduksi matriks menjadi bentuk eselon baris dinamakan eliminasi Gauss.
Sistem persamaan-persamaan yang bersesuaian adalah
x1  + 3x2  + 4x4  + 2x5  = 0
x3  + 2x4  = 0
x6  = 1/3
Dengan memecahkannya untuk peubah peubah utama, maka kita dapatkan
x1 = – 3x2 – 4x4  – 2x5
x3 = – 2x4
x6 = 1/3
Jika kita menetapkan nilai-nilai sebarang r, s, dan t berurutan untuk x2, x4, dan x5, maka himpunan pemecahan tersebut diberikan oleh rumus-rumus
x1 = – 3r – 4s  – 2t ,  x2 = r ,  x3 = – 2s ,  x4 = s ,  x5 = t , x6 = 1/3
Terkadang lebih mudah memecahkan sistem persamaan linear dengan menggunakan eliminasi Gauss untuk mengubah matriks yang diperbesar menjadi ke dalam bentuk eselon baris tanpa meneruskannya ke bentuk eselon baris terreduksi. Bila hal ini dilakukan, maka sistem persamaan-persamaan yang bersesuaian dapat dipecahkan dengan sebuah cara yang dinamakan substitusi balik (back-substitution).
Untuk memecahkan sistem persamaan-persamaan yang bersesuaian
x1  + 3x2  – 2x3  + 2x5  = 0
x3  + 2x4  + 3x6  = 1
x6  = 1/3
maka kita memprosesnya sebagai berikut :


             x1 = – 3x2 + 2x3 – 2x5
x3 = 1 – 2x4 – 3x6
x6 = 1/3



Dengan mensubstitusikan x6 = 1/3 ke dalam persamaan kedua maka akan menghasilkan
x1 = – 3x2 + 2x3 – 2x5
x3 = – 2x4
x6 = 1/3
Dengan mensubstitusikan x3 = – 2x4 ke dalam persamaan pertama maka akan menghasilkan
x1 = – 3x2 – 4x4  – 2x5
x3 = – 2x4
x6 = 1/3


Jika kita menetapkan nilai-nilai sebarang r, s, dan t berurutan untuk x2, x4, dan x5, maka himpunan pemecahan tersebut diberikan oleh rumus-rumus
x1 = – 3r – 4s  – 2t ,  x2 = r ,  x3 = – 2s ,  x4 = s ,  x5 = t , x6 = 1/3
Ini sesuai dengan pemecahan yang diperoleh pada contoh 1.
2.3   SISTEM PERSAMAAN LINIER HOMOGEN
Sebuah sistem persamaan-persamaan linier dikatakan homogen jika semua suku konstan sama dengan nol; yakni sistem tersebut mempunyai bentuk
a11x1 + a12x2  + ……+ a1nxn = 0
a21x2 + a22x2  + ……+ a2nxn = 0
    :          :                      :        :
am1x1 + am2x2  + ……+ amnxn = 0
Tiap-tiap sistem persamaan linier homogen adalah sistem yang konsisten, karena x1 = 0, x2 = 0,….., xn = 0 selalu merupakan pemecahan. Pemecahan terebut, dinamakan pemecahan trivial (trivial solution); jika ada pemecahan lain, maka pemecahan tersebut dinamakan pemecahan taktrivial (nontrivial solution). Karena sistem persamaan linier homogen harus konsisten, maka terdapat satu pemecahan atau tak terhingga banyaknya pemecahan. Karena salah satu di antara pemecahan ini adalah pemecahan trivial, maka kita dapat membuat pernyataan berikut. Untuk sistem persamaan-persamaan linier homogeny, maka persis salah satu di antara pernyataan berikut benar.
Sistem tersebut hanya mempunyai pemecahan trivial.
Sistem tersebut mempunyai tak terhingga banyaknya pemecahan tak trivial sebagai tambahan terhadap pemecahan trivial tersebut.

Terdapat satu kasus yang sistem homogennya dipastikan mempunyai pemecahan tak trivial ; yakni, jika sistem tersebut melibatkan lebih banyak bilangan tak diketahui dari banyaknya persamaan. Untuk melihat mengapa hanya demikian, tinjaulah contoh berikut dari empat persamaan dengan lima bilangan tak diketahui. Contoh :
Pecahkanlah sistem persamaan-persamaan linier homogeny berikut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan.
2X + 2X2 – X3    + X5        = 0
-X1 – X2 + 2X3 – X4 + X5 = 0
X1 + X2 – 2X3      - 5X5      = 0
X3 + X4 + X5       = 0
Dengan mereduksi matriks ii menjadi bentuk eselon baris tereduksi
Sistem persamaan yang bersesuaian adalah  X1 + X2 + X5  = 0
                X3 + X5 = 0
               X4 = 0
Dengan memecahkannya untuk peubah-peubah utama maka akan menghasilkan
X1 = -X2 – X5
X3 = -X5
X4 = 0
Maka himpunan pemecahan akan di berikan oleh
  X1 = -s – t, X2 = s, X3 = -t ,  X4 = 0,  X5 = t
Perhatikan bahwa pemecahan trivial kita dapatkan bila s = t = 0.

MATRIKS DAN OPERASI MATRIKS
Matriks
Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks.
Operasi Matriks
Penjumlahan :
Definisi : jika A dan B adalah sebarang dua matriks yang ukurannya sama, maka jumlah A + B adalah matriks yang di peroleh dengan menambahkan bersama-sama entri yang bersesuaian dalam kedua matriks tersebut. Matriks-matriks yang ukurannya berbeda tidak dapat di tambahkan.
Sedangkan A + C dan B + C tidak di definisikan.
Perkalian dengan konstanta
Definisi : Jka A adalah suatu matriks dan c adalah scalar, maka hasil kali cA adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan masing=masing entri dari A oleh c.
Perkalian, dengan syarat Am x n Bn x o = Cm x o
Definisi : Jika A adalah matriks m x r dan B matriks r x n, maka hasil kali AB adalah matriks m x n yang entri- entrinya ditentukan sebagai berikut. Untuk mencari entri dalam baris I dan kolom j dari AB, pilihlah baris i dari matriks A dan kolom j dari matriks B. Kalikanlah entri-entri yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut bersama-sama dan kemudian tambahkanlah hasil kali yang dihasilkan.
Transpose
Definisi : Jika A adalah sebarang matriks m x n, maka Transpos A dinyatakan oleh At dan didefinisikan dengan matriks n x m yang kolom pertmanya adalah baris pertama dari A, kolom keduanya adalah baris kedua dari A, demikian juaga dengan kolom ketiga adalah baris ketiga dari A, dan seterusnya.
2.5   ATURAN-ATURAN ILMU HITUNG MATRIKS
      Walaupun banyak dari aturan-aturan ilmu hitung bilangan riil berlaku juga untuk matriks, namun terdapat beberapa pengecualian. Salah satu dari pengecualian yang terpenting terjadi dalam perkalian matriks. Untuk bilangan-bilangan rill a dan b, kita selalu mempunyai ab = bayang sering dinamakan hukum komutatif untuk perkalian. Akan tetapi, untuk matriks-matriks, maka AB dan BA tidak perlu sama.  Contoh 20
Tinjaulah matriks-matriks

Jadi, (AB)C = A(BC), seperti yang dijamin oleh Teorema 2(c).


Bukti. Jika AX = B adalah sistem persamaan linear, maka persis satu dari antara berikut akan benar: (a) sistem tersebut tidak mempunyai pemecahan, (b) sistem tersebut mempunyai persis satu pemecahan, atau (c) sistem tersebut mempunyai lebih dari satu pemecahan. Bukti tersebut akan lengkap jika kita dapat memperlihatkan bahwa sistem tersebut mempunyai takhingga banyaknya pemecahan dalam kasus (c).
Contoh 23
Tinjaulah matriks
Maka
Contoh 24
Matriks adalah invers dari
Bukti. Karena B adalah invers A, maka BA = I. Dengan mengalikan kedua ruas dari sebelah kanan dengan C maka akan memberikan (BA)C = IC = I. Tetapi (BA)C = B(AC) = BI = B, sehingga B = C.
Contoh 26
Tinjaulah matriks 2x2
Jika ad – bc ≠ 0,
Bukti. Jika kita dapat memperlihatkan bahwa (AB)(A B ) = (B A )(AB)=I, maka kita telah secara serempak membuktikan bahwa AB  dapat dibalik dan bahwa (AB)  = B A . Tetapi (AB)(B A ) = AIA  = AA  = I. Demikian juga (B A )(AB) = I.
Tinjaulah matriks-matriks
Dengan menerapkan rumus yang diberikan dalam contoh 25, kita dapatkan
Maka, (AB)-1 = B-1A -1 seperti yang dijamin oleh Teorema 6.
Teorema berikut, yang kita nyatakan tanpa bukti, menunjukkan bahwa hukum-hukum yang sudah dikenal dari eksponen adalah shahih.
Teorema selanjutnya menetapkan beberapa sifat tambahan yang berguna dari eksponen matriks tersebut.
Bukti.
Karena AA-1 = A-1 A = I, maka A-1 dapat dibalik dan (A-1)-1 = A.
Jika k adalah sebarang scalar yang taksama dengan nol, maka hasil (l) dan (m) dari
Demikian juga  (kA) = I sehingga kA dapat dibalik dan (kA)-1 =  .
Kita simpulkan bagian ini dengan sebuah Teorema yang menyenaraikan sifat-sifat utama dari operasi transpose.

mapel kuliah agama

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pengertian Agama Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa sanskerta. Kata ini tersusun dari kata A dan Gama. A yang berarti tidak dan sedangkan Gama berarti berjalan atau berubah. Jadi agama berarti tidak berubah. Demikian juga menurut H. Muh. Said. sejalan pendapat itu Harun Nasution juga mengemukakan, bahwa agama berasal dari bahasa Sanskrit. Menurutnya, satu pendapay mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata yaitu A = tidak, dan Gama = Pergi. Dengan demikian agama berarti tidak pergi atau tetap di tempatnya. K.H. Taib Abdul Muin, juga memeberi pendapat bahwa kata agama berasal dari bahasa sanskerta, yang mana A berarti tidak, dan Gama berarti kocar kacir. Jadi agama berarti tidak kocar kacir, dalam artian agama itu teratur. Sementara itu K.H. Zainal Arifin Abbas dan Sidi Gazalba , berpendapat bahwa istilah agama dan religi serta Al Din itu berbeda-beda antara satu dan lainnya. Masing-masing mempunyai pengertian sendiri. Lebih jauh lagi, Gazalba menjelaskan bahwa Al-din lebih luas pengertian nya dari pada pengertian agama dan religi. Agama dan religi hanya berisi ajaran yang menyangkut aspek hubungan antara manusia dan tuhan saja. Sedangkan al-din berisi dan memuat ajaran yang mencakup aspek hubungan antara manusia dan tuhan dan hubungan sesama manusia. Sedangkan secara istilah pengertian agama, tidak ada pengertian agama itu yang benar benar memuaskan, oleh karena keragama agama itu sendiri. Sehubungan dengan itu pengertian yang akan dibentangakan berikut ini adalah beberapa pendapat dari pakar yang sudah barang tentu menurut sudut pandang mereka masing-masing. Beberapa defenisi pengertian agama yang dimaksud adalah sebagai berikut: Frazer berpendapat bahwa agama adalah sebagai perdamain atu tindakan mendamaikan dari kuasa-kuasa atas kepada manusia yang mana dipercayai mengatur dan mengonrol alam raya dan kehidupan manusia. Kemudian Malfijt mengemukakan bahwa agama adalah system interaksi kepercayaan dan perbuatan yang didasarkan atas adapt-istiadat (kebudayaan) suatu masarakat yang secara bersama-sama percaya kepada kuasa supernatural yang suci. Sementara itu Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan pengertian agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang memepunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendidri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat. B. Macam Agama Agama yang ada di dunia ada dua jenis yaitu: 1. Agama Samawi Adalah agama yang turun dari langit seperti majusi, yahudi, nasrani dam islam 2. Agama Ardhi Adalah agama yang diciptakan oleh manusia seperti budha, hindu, konghuchu a. Agama Hindu Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma "Kebenaran Abadi"), dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran"). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap). b. Agama Buddha Agama Buddha (Bahasa Sansekerta berarti. Mereka yang Sadar, Yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan Sansekerta: "Budh", untuk mengetahui) merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar. Tiga jenis golongan Buddha adalah: Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri. Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap Kesadaran dengan mendengar Dhamma. Kitap Suci agama Buddha adalah Tripitaka. 1. Vinaya Pittaka, isinya aturan-aturan sangha untuk biksu atau biksuni. 2. Sutra Pittaka, isinya tentang wacana-wacana Buddha. 3. Abhidharma Pittaka, isinya tentang penjelasan sistematis atau ilmu pengetahuan dari Buddha. c. Agama Kristen Katolik Kata Katolik sebenarnya bermakna "universal" atau "keseluruhan" atau "umum" (dari ajektiva Bahasa Yunani (katholikos)) yang menggambarkan sifat gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus. Setelah Reformasi Protestan istilah Katolik atau 'Katolisisme kemudian secara spesifik menunjuk pada gereja Katolik Roma untuk membedakan dengan Kristen Protestan yang dimulai oleh aksi protes Martin Luther. Di Indonesia, pemerintah mengakui agama Kristen Protestan (Kristen) dan Kristen Katolik (Katolik) sebagai agama yang terpisah meskipun keduanya sebenarnya merupakan agama yang sama-sama berpusat pada Yesus Kristus, akibatnya kata Katolik seringkali dianggap di luar/berbeda dengan Kristen. Gereja Katolik Roma yang membawahi gereja Katolik seluruh dunia adalah sebuah gereja Kristen yang berawal dari Yerusalem dan yang berada dalam kesatuan penuh dengan keuskupan Romawi (penerus rasul Petrus, Paus pertama). Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut: Baptis Penguatan/Krisma, Ekaristi, Pengakuan dosa, Pengurapan orang sakit, Imamat Pernikahan Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan". d. Agama Kristen Protestan Protestan adalah sebuah mazhab dalam agama Kristen. Mazhab atau denominasi ini muncul setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalil nya.Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Aras Gereja Protestan Gereja Protestan di Indonesia terdiri dari beberapa aras, yakni: Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Persekutuan Baptis Indonesia (PBI) Persekutuan Gereja-Gereja Mandiri Indonesia (PGMI) Bala Keselamatan (BK) Kitabnya adalah Al-kitab. e. Agama Kong Hu Cu Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di". Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup didalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firmanNya. Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Beliau meninggal dunia pada tahun 479 SM. Mengangkat Kongcu Konfusius sebagai salah satu nabi Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi, namun dikarenakan tidak banyak akses ke litang, masyarakat umumnya menganggap klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu. Menetapkan Sishu Wujing sebagai kitab suci resmi yang berisi : 1. Kitab Sanjak Suci = Shi Jing 2. Kitab Dokumen Sejarah = Shu Jing 3. Kitab Wahyu Perubahan = Yi Jing 4. Kitab Suci Kesusilaan = Li Jing 5. Kitab Chun-qiu = Chunqiu Jing Menetapkan tahun baru Imlek, sebagai hari raya keagamaan resmi Kalender Imlek terbukti di buat oleh Nabi Khongcu (Konfusius). Nabi Khongcu mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Xia (2200 SM) yang sudah di tata kembali oleh Nabi Khongcu. f. Agama Islam Islam (Arab: al-islām,: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Agama ini termasuk agama Samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tata bahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"), yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah". Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya). Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW, Penutup segala Nabi Allah (khataman-nabiyyin), dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (kata dan amalan Nabi Muhammad SAW) sebagai sumber fundamental Islam. Umat Islam juga meyakini Al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (QS al-Baqarah:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan Al-Qur'an hingga akhir zaman. C. Sumber Ajaran Islam Agama Islam memiliki aturan–aturan sebagai tuntunan hidup kita baik dalam berhubungan sosial dengan manusia (hablu minannas) dan hubungan dengan sang khaliq Allah SWT (hablu minawallah) dan tuntunan itu kita kenal dengan hukum Islam atau syariat Islam atau hukum Allah SWT. Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai sumber-sumber syariat Islam, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi dari hukum dan hukum Islam atau syariat Islam. Hukum artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya. Menurut ulama usul fikih, hukum adalah tuntunan Allah SWT (Alquran dan hadist) yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf (orang yang sudah balig dan berakal sehat), baik berupa tuntutan, pemilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai syarat, penghalang, sah, batal, rukhsah (kemudahan) atau azimah. Melalui penjelasan singkat mengenai pengertian hukum tadi barulah kita mengerti pengertian hukum Islam. Yang dimaksud sebagai sumber hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam. Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum Islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan sunahku (Hadis).” (H.R. Al Baihaqi) dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum Islam, setelah Alquran dan hadist. Seluruh hukum produk manusia adalah bersifat subjektif, hal ini karena keterbatasan manusia dalam ilmu pengetahuan yang diberikan Allah SWT mengenai kehidupan dunia dan kecenderungan untuk menyimpang, serta menguntungkan penguasa pada saat pembuatan hukum tersebut, sedangkan hukum Allah SWT adalah peraturan yang lengkap dan sempurna serta sejalan dengan fitrah manusia. Sumber ajaran Islam dirumuskan dengan jelas oleh Rasulullah SAW, yakni terdiri dari tiga sumber, yaitu kitabullah (Alquran), as- sunnah (hadist), dan ra’yu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Ketiga sumber ajaran ini merupakan satu rangkaian kesatuan dengan urutan yang tidak boleh dibalik. Sumber-sumber ajaran Islam ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sumber ajaran Islam yang primer (Al Qur’an & Al Hadist) dan sumber ajaran islam sekunder (Ijtihad). D. Peran Agama Dalam Kehidupan Sehari-hari Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga peraturan yang dibuat-Nya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari: aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), hakikat kemanusiaan (human nature), asal usulnya (antropologis) dan moral (ethics). Namun apabila agama dipahami sebatas apa yang tertulis dalam teks kitab suci, maka yang muncul adalah pandangan keagamaan yang literalis, yang menolak sikap kritis terhadap teks dan interpretasinya serta menegasikan perkembangan historis dan sosiologis. Sebaliknya, jika bahasa agama dipahami bukan sekedar sebagai explanative and descriptive language, tetapi juga syarat dengan performatif dan expresif language, maka agama akan disikapi secara dinamis dan kontekstual sesuai dengan persoalan dan kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia yang terus berkembang. Setiap agama memiliki watak transformatif, berusaha menanamkan nilai baru dan mengganti nilai-nilai agama lama yang bertentangan dengan ajaran agama. Dari aspek religius, agama menyadarkan manusia, siapa penciptanya. Faktor keimanan juga mempengaruhi karena iman adalah dasar agama. Secara antropologis, agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa, dari mana, dan mau ke mana manusia. Dari segi sosiologis, agama berusaha mengubah berbagai bentuk kegelapan, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Agama juga menghubungkan masalah ritual ibadah dengan masalah sosial. Secara psikologis, agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Dan secara moral, agama menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik (akhlaq mahmudah). Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini, yaitu cita-cita manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Al-Quran surat Thoha ayat 117-119 disebutkan: ”Maka kami berkata: “Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”. Pada ranah yang lebih umum fungsi agama dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Emile Durkheim sebagai sosiolog besar, bahwa sarana-sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial. Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah ini: 1. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia. Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia senantiasa memberi penerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah dan setiap manusia harus menaati Allah. 2. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia. Sebagian pertanyaan yang senantiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini. 3. Memainkan fungsi peranan sosial. Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama. 4. Memberi rasa emitraan kepada sesuatu kelompok manusia. Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.

mapel bahasa indonesia

Bahasa indonesia

BAB I Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa A. Konsepsi Bahasa Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan teknologimenunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasaInggris sebagai bahasa internasional sangat berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti makalah dan skripsi. Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak akan sempurna atau berjalan dengan baik dan benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai sebagai sarana komunikasi batasan atau pengertian BAHASA adalah sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis. Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan olehpemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem. Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal berikut. (1) Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya. (2) Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat konvensional. (3) Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya (arbitrer) (4) Sistemlambang yang terbatas itu (A—Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat yan tidakterbatas dan sangat produktif. (5) Sistem lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain seperti sistem lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis) (6) Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga dapat sana dengan sistemlambang bahasa lain. Unsur dalam sistem lambang tersebut menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami masyarakat. B. Fungsi Bahasa Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut: 1. fungsi ekspresi dalam bahasa 2. fungsi komunikasi dalam bahasa 3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa 4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa) Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah: 1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri. 2. Fungsi lebih memahami orang lain; 3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat. 4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis; 5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik). (Keraf, 1994: 3-10) 6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda: 1) Fungsi pernyataan ekspresi diri Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud: a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif), b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi, c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik, d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide. Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu, prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa. 2) Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri. 3) Fungsi integrasi dan adaptasi sosial Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat). Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat. 4) Fungsi kontrol sosial Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yangtajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka. Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi tau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya. 5. Fungsi membentuk karakter diri 6. Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri 7. Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18) Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa Indonesia. Posisi Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut: I. Fungsi bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. II. Fungsi Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut: 1. Fungsi lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia 2. Fungsi Identitas nasional dimata internasional 3. Fungsi sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan 4. Fungsi pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa. III. Fungsi bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas dengan rincian berikut: 1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan, 2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi, 3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagai negara Indonesi sebagai negara berkembang, dan 4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK) IV. Fungsi bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut: 1. Fungsi pemersatu sosial, budaya, dan bahasa, 2. Fungsi penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi, 3. Fungsi penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual, dan 4. Fungsi penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah. Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsiketerkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatanbangsa Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh danmandiri. Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di matadunia, khususnya tingkat regional ASEAN. Dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensibahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif. Sejarah terbentuknya Bahasa Indonesia dari bahasa melayu. Ciri-ciri bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi BahasaIndonesia, dan ragam serta laras Bahasa Indonesia memperkuat konsepsi dan fungsi dikembangkan ke berbagai ilmu, teknologi, bidang, dan budaya sekarang dan nanti. BAB III RAGAM DAN LARAS BAHASA 1. PENDAHULUAN Ketika bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa ekspresi diri dan fungsibahasa komunikasi, bahasa yang digunakan masuk ke dalam ragam bahasa dan laras bahasa. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dimaksudnya kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam bahasanya. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. 2. RAGAM BAHASA Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasibahasa menurut pemakaiannya, topic yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya. (2005:920). Pengertian ragam bahasa ini dalam berkomunikasi perlu memperhatikan aspek (1) situasi yang dihadapi, (2) permasalahan yang hendak disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4) medium atau sarana bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek medium bahasa yang digunakan dibandingkan kedua aspek yang lain. 2.1. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaianannya Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian,yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahsa lisan diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal,atau nonformal. Begitu juga laras bahasa manjemen diidentifikasikan sebagi ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi. 1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kakutetapi tetap lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar. 2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit. 3. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat. 4. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten 5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada ragam bahasa lisan. Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragamformal, ragam semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut: 1. Pokok masalah yang sedang dibahas, 2. Hubungan antara pembicara dan pendengar, 3. Medium bahasa yang digunakan lisan atau tulis, 4. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi, dan 5. Situasi ketika pembicaraan berlangsung. Kelima pembedaan ragam baasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam bahasa formal dan ragam bahasa nonformal yang paling mencolok adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan kata sapaan dankata ganti,misalnya: Contoh : Saya dan gue/ogut Anda dan lu/situ/ente 2. Penggunaan imbuhan (afiksasi), awalan (prefix), akhiran (sufiks), gabungan awalan dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks). Misalnya: Awalan: menyapa – apaan Mengopi – ngopi Akhiran: laporan – laporin Marahi – marahin Simulfiks: Misalnya : menemukan------nemuin Menyerahkan-----nyerahin Konfiks: Misalnya : Kesalaha-----------nyalahin Pembetulan-------betulin (3) Penggunaan unsure fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam bahasa nonformal, seperti sih, deh, dong,kok,lho, ya kale, gitu ya. (4) Penghilangan unsure atau fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam bahasa nonformal yang menganggu penyampaian suatu pesan.Misalnya, Penghilangan subjek: Kepada hadirin harap brdiri. Penghilangan predkat: Laporan itu untuk pimpinan. Penghilangan objek : RCTI melaporkan dariMedan. Penghilangan pelengkap: Mereka berdiskusi dilantai II. 2.2. Ragam bahasa berdasarkan mediumnya Berdasarkan mediumnya ragambahasa terdiriatas dua ragambahasa,yaitu (1) ragam bahasa lisan (2) ragam bahasa tulis. Ragambahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya kepada pendengar atau teman bicaranya. Ragam bahasa lisan ini ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya. Misalnya : (a)Kucing/ makan tikus mati. (b) Kucing makan//tikus mati. (c) Kucing makan tikus/mati. Ragam bahasa tulis adalah ragambahasa yang ditulis atau dicetak dengan memerhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar. Ragambahasa tulis dapat bersifat formal,semiformal, dan nonformal. Dalam penulisan makalah seminar dan skripsi,penulis harus menggunakan ragambahasa formal sedangkan ragam bahasa semiformal digunakandalamperkuliahan dan ragam bahasa nonformal digunakan keseharian secarainformal. Berikut ini didesjripsikan perbedaan dan persamaan antara bahasa lisan dan bahasa tulius dalam bentuk bagan.Penggunaan ragambahasa dan laras bahasa dalam penulisan karangan ilmiah harus berupaya pada : (1) ragam bahasa formal, (2) ragam bahasa tulis, (3) ragam bahasa lisan , (4) laras bahasa ilmiah, dan (5) berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. 3. LARAS BAHASA Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.Laras bahasa terkait langsung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah dengan bagian sub-sub larasnya. Pembedaan diantara sub-sublaras bahasa seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari : (1) penggunaan kosakata dan bentukan kata, (2) penyusunan frasa,klausa, dan kalimat, (3) penggunaan istilah (4)pembentukan paragraph, (5) penampilan halteknis, (6) penampilan kekhasan dalam wacana. Berdasrkan konsepsi laras bahasa tersebut,laras bahasa ekonomi mempunyai sub-sublaras bahasa manajemen, sublaras akuntansi,sublaras asuransi, sublaras perpajakan, dll.   BAB III PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA I. Konsepsi Ejaan EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungandan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.Pengertian senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasrkan konsepsi ejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan : (1) pemakian huruf vocal dan konsonan, (2) penggunaan huruf capital dan kursif, (3) penulisan kosakata dan bentukan kata, (4) penulisan unsure serapan afiksasi dan kosakata asing, dan (5) penempatan dan pemakaian tanda baca. Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalamkaidah ejaan yang disebut Ejaan yang Disempurnakan sejak1972. II. Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dantanda baca diatur dalamkaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya (1) Pemakaian abjad,huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad. (2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata, (3) Penulisan huruf besar, (4) Penulisan huruf miring, (5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,, gabungan kata, (6) Penulisan angka dan lambang bilangan, (7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya (a) Tandatitik (.), (b) Tanda koma (,), (c) Tanda titik dua (:), (d) Tanda titik koma (;) (e) Tanda titiktitik/ellipsis(….), (f) Tanda Tanya (?), (g) Tanda seru (!), (h) Tanda kurung biasa ((….)), (i) Tanda hubung (-), (j) Tanda pisah (--), (k) Tanda petik tunggal (‘…’), (l) Tanda petik ganda (“…”), (m) Tanda kurung siku ([…]), (n) Tanda ulang angka dua (…..2), (p) Tanda apostrof (‘….) Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD. Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakartamelalui pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia. Panglima = ‘panglima’ III. Penempatan Ejaan dan Tanda Baca Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan (disingkat Pedoman EYD) penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya sebagai berikut. (1) Pemakaian abjad berupa huruf vokal, huruf konsonan, (2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata, (3) Penulisan huruf besar (kapital) (4) Penulisan huruf miring atau digarisbawahi (kursif), (5) Penulisan kata dasar,kata ulang, kata berimbuhan, dan gabungan kata, (6) Penulisan angka dan lambang bilangan, dan (7) Penempatan tanda baca (pungtuasi), di antaranya: (a) Tanda titik (.), (b) Tanda koma (,), (c) Tanda titik koma (;), (d) Tandatitik dua (:), (e) Tanda titik-titik/ellipsis (…), (f) Tanda Tanya (?), (g) Tanda seru (!), (h) Tanda kurung biasa ((…)), (i) Tanda kurung siku ([…]), (j) Tanda hubung (-), (k) Tanda pisah (--), (l) Tanda petik tunggal (‘…’), (m)Tanda petik ganda (“…”), (n) Tanda garis miring (/), (o) Tanda ulang angka dua (2), dan (p) Tanda apostrof/penyingkat (‘). Ke-16 penempatan tanda baca tersebut dideskrisikan sebagai berikut dari buku PedomanEYD (Pusat Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).   BAB IV, V DAN VI KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM PENULISAN A. Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat yang mendapat perhatian penulis, yaitu masalah kalimat dan masalah kalimat efektif. Pernyataan sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam frasa dan klausa. Rangkaian kata dalam kalimat itu ditata dalam struktur gramatikal yang benar unsur-unsurnya dalam membentuk makna yang akan disampaikan secara logis. Kalimat-kalimat dalam penulisan ilmiah harus lebih cermat lagi menata kalimat yang benar dan efektif karena kalimat-kalimat yang tertata itu berada dalam laras bahasa ilmiah.Kalimat dalam tataran sintaksis adalah satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik sebagai pembatas. Sifat predikatif dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsure subjek, unsure predikat,dan unsure objek (S-P+O). Unsur subjek dan predikat itu harus mewujudkan makna gramatikal kalimat yang logis. Konsepsi kalimat itubelum cukup untuk menampilkan kalimat efektif, sehingga diperlukan factor lain dalamperwujudan kalimat menjadikalimat efektif. Oleh karena itu, KALIMAT EFEKTIF adalah satuan bahasa (kalimat) yang secara tepat harus mewakili gagasan atau perasaan penulis dan harus pula dimengerti oleh pembaca sebagaimana yang dimaksudkan penulis. Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang harus tepat sasaran dalam penyampaian dan pemerian bagi pembacanya. Disamping kaidah yang ada dalam kalimat,kalimat efektif perlu memperhatikan persyaratasn dan menghindari hal-hal yang menyalahi kalimat efektif. B. PERSYARATAN KALIMAT EFEKTIF 1. FUNGSI GRAMATIKAL DALAM KALIMAT EFEKTIF ATAU KESATUAN FUNGSI GRAMATIKAL Fungsi gramatikalatau unsure struktur dalamkalimat dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek,, pelengkap,, dan keterangan yang dirumuskan atau disngkat menjadi S + P + (O/Pel.) + (Ket) / S : adalah subjek P : adalah predikat O : adalah objek Pel.: adalah pelengkap Ket. : adalah keterangan. Fungsi subjek dan fungsi predikat harus ada dan jelas dalamkalimat dan secara fakultatif diperlukan fungsi objek, fungsi pelengkap, dan fungsi keterangan. SUBJEK adalah fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Posisi subjek dalam kalimat bebas, yaitu terdapat pada awal, tengah, atau akhir kalimat. PREDIKAT adalah fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek. Posisi predikat dalam kalimat juga bebas,kecuali tidak boleh di belakang objek dan di belakang pelengkap. OBJEK adalah fungsikalimat yang melengkapi kata kerja aktif dan kata kerja pasif sebagai hasil perbuatan, yang dikenai perbuatan, yang menerima,atau yang diuntungkan oleh perbuatan sebagai predikat. Fungsi objek selalu terletak di belakang predikat berkata kerja transitif. PELENGKAP adalah fungsi yang melengkapi fungsi kata kerja berawalan ber- dalampredikat, sehingga predikat kalimat menjadi lebih lengkap. Posisi pelengkap dalam kalimat terletak di belakang predikat berawalan ber-. KETERANGAN adalah fungsi kalimat yang melengkapi fungsi-fungsi kalimat,yaitu melengkapi fungsi subjek, fungsi predikat, dan fungsi objek, atau fungsi semua unsure dalamkalimat. Posisi keterangan dalam kalimat bebas dan tidakn terbatas. Tidak terbatas dimaksudkan fungsiketerangan dalam dapat lebih dari satu pada posisi bebas yang sesuai dengan kepentingan fungsi-fungsi kalimat. Perhatikanlah posisifungsi-fungsi kalimat berikut. (1) Setelah bekerja selama tiga hari,panitia pelaksana seminar lingkungan hidup itu berhasil merumuskan undang-undang kebersihan tata kota Jakarta di Kantor DPD DKI Jakarta. (P-Pel-S-P-O-K) (2) Keputusan hakim perlu ditinjau kembali.( S – P) (3) Perlu ditinjau kembali keputusan hakim. (P – S) (4) Kelompok Pialang (broker) berbicara tentang fluktuasi harga sama IHSG.(S – P – Pel.) (5) Selama tahun 2012 fluktuasi harga saham IHSG mengalami kenaikan yang signifikan sebanyak 12 kali di Bursa Efek Jakarta (K – S – P – O –K) (6) Pengacara tersebut mempelajari undang-undangpencemaran nama baik dan membandingkannya dengan Undang-undang Dasar RI. (S1 – P1 –O1 – P2 – K) (7) Evaluasi pembelajaran mahasiswa meliputi empat komponen, yaitu komponen UTS,komponen UAS, komponen kehadiran, dan komponen makalah ilmiah. (S1 – P1 – O1 – K1 – K2- K3 – K4) (8) Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadah dengan leluasa. (S3- P3 – S1 – P1 – S2 – P2) Perhatikanlah contoh kalimat majemuk dalam posisi fungsi yang berbeda berikut. (9) Bahwa kemerdekaan itu hak semua bangsa sudahdiketahui semua orang. ( S1 (konjungsi + S2 + P2) - P1 - O1.) (10) Dosen mengatakan bahwa komponen nilai UAS berbobot 40%. (S1 - P1 - O1 (S2+P2)). (11) Hasil UAS mahasiswa dibatalkan jika mahasiswaketahuan mencontek. (S1 – P1 – K1 (S2+P2)). (12) Kelompok C berpresentasi dan tim juri menilainya. (S1 – P1 + S2 – P2) (13) Kinerja bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi menjadi stabil setelah pemilu berlangsung damai. (S1 - P1 + S2 – P2 + (S3 + P3) 2. KEPADUAN (KOHERENSI) DALAM KALIMAT Kepaduan atau keherensi dalam kalimat efektif adalah hubungan timbal balik atau hubungan kedua arah di antara kata atau frasa dengan jelas, benar, dan logis. Hubungan timbal baik terjad dapat antarkata dalam frasa satu unsure atau dapat terjadi antar frasa dalam antarfungsi dalam kalimat. Hubungan antarfungsi itu dapat menimbulkan kekacauan makna gramatikal kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat yang berprasyarat koherensi berikut. Contoh kalimat yang TIDAKKOHERENSIF (1) Setiap hari dia pulang pergi Bogor –Jakarta dengan kereta api. (2) Oleh panitia seminar makalah itu dimasukkan ke dalam antologi. (3) Pelaksanaan seminar itu karena jalan macet harus ditunda satu jam kemudian. Pembetulan kalimat yang KOHERENSIF (1a) Setiap hari dia pergi pulang Bogor—Jakarta dengan kereta api (2b) Makalah seminar itu dimasukkan ke dalamantologi. (3a).Karena jalan macet,pelaksanaan seminar itu ditunda satu jam kemudian. 3 KEHEMATAN KALIMAT ATAU EKONOMI BAHASA KEHEMATAN atau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang langsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis. Kalimat yang hemat dalam penulisan menghindari dan memperhatikan hal-hal berikut . (1) Penulis menggunakan kata bermakna leksikal yang jelas dan lugas dan penenpatan afiksasi yang benar. (2) Penulis menghindari subjek yang sama dalam kalimat majemuk. (3) Penulis menghindari pemakaian hiponimi dan sinonimi yang tidak perlu. (4) Penulis menghindari penggunaan kata depan (preposisi) di depan kalimat dan di depan subjek. (5) Penulis menghindari penggunaan kata penghubung (konjungsi) di depan subjek dan di belakang predikat yang berkata kerja transitif. (6) Penulis menghindari kata ulang jika sudah ada kata bilangan tak tentu di depan kata benda. (7) Penulis menghindari fungsi tanda baca dan pengulangan kata dalam rincian. (8) Penulis menghindari keterangan yang berbelit-belit dan panjang yang seharusnya ditempatkan dalam catatan kaki (footnotes). (9) Penulis menghindari pemborosan kata dan afiksasi yang tidak jelas fungsinya. Perhatikanlah contoh berikut,yaitu kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa. (a) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang, antara lain seperti meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain. (b) Karena modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (c) Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin. Perbaikan kalimat yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut. (a1) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku,lampu, dan lain-lain. (b1) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (b2) Modal di bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (c1) Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akandipimpin oleh Sdr. Tadjudin. (c2) Apabila pada hariitu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin. 4. PENEKANAN DALAM KALIMAT EFEKTIF Dalam kalimat efektif PENEKANAN ATAU PENONJOLAN adalah upaya penulis untuk memfokuskan kata atau frasa dalam kalimat. Penekanan dalam kalimat dapat berupa kata,frasa,klausa, dalam kalimat yang dapat berpindah -pindah. Namun,penekanan tidak sama dengan penentuan gagasan utama dan ekonomi bahasa. Penekanan dapat dilakukan dalam kalimat lisan dan kalimat tulis. Pada kalimat lisan,penekanan dilakukan dengan intonasi yang dapat disertai mimik muka dan bentuk nonverbal lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara berikut. (1) Mutasi, yaitu mengubah posisi kalimat dengan menempatkan bagian yang dipenting pada awal kalimat. Contoh: Minggu depan akan diadakan seminar”Pencerahan Pancasila bagi Mahasiswa” (2) Repetisi, yaitu mengulang kata yang sama dalam kalimat yang bukan berupa sinonim kata. Contoh: Kalau pimpinan sudah mengatakan tidak, tetap tidak. (3) Kursif, yaitu menulis miring, menghitamkan, atau menggarisbawahi kata yang dipentingkan. Contoh: Bab II skripsi ini tidak membicarakan fluktuasi harga saham. (4) Pertentangan,yaitu menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan bukan berarti antonym kata. Contoh: Dia sebetulnya pintar tetapi malas lkuliah. (5) Partikel, yaitu menempatkan paretikel (lah,kah, pun,per, tah) sebelum atau sesudah kata yang dipentingkan dalam kalimat. Contoh: Dalam berdemokrasi, apa pun harus transparan kepada rakyat. (6) Penekanan dalamkalimat tidak berarti penonjolan gagasan kalimat atau bukan ekonomi bahasa. 5. KESEJAJARAN DALAM KALIMAT (PARALELISME) KESEJAJARAN (PARALELISME) adalah upaya penulis merinci unsur yang sama penting dan sama fungsi secra kronologis danlogis dalam kalimat.Dalam kalimat dan paragraph, raincian itu harus menggunakan bentuk bahasa yang sama, yaitu rincian sesame kata, sesame prasa,sesama kalimat. Kesamaan bentuk dalam paralelisme menjaga pemahaman yang fokus bagipembaca dan sekaligus menunjukkan kekonsistenan sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kesejajaran rincian kalimat efektif adalah sebagai berikut. (1) Tentukanlah apakah kesejajaran beradabentuk bahasa kalimat atau paragraf. (2) Jika urutan rincian dalam bentuk frasa, rincian uruan berikut harus dalam bentuk frasa juga. (3) Penomoran dalam rincian harus konsisten. (4) Perhatikanlah penempatan tanda baca yang benar. (5) Hindarilah gejala ekonomi bahasa yang bermakna sama: seperti……dan lain lain, antara lain….. Sebagai berikut, yakni:…. Perhatikanlah contoh kesejajaran yang benar berikut. Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada: hari :…, tanggal:…., waktu: …., acara: …., dan Tempat: ….. 6. KEVARIASIAN DALAM KALIMAT EFEKTIF KEVARIASIAN dalam kalimat efektif adalah upaya penulis menggunakan berbagai pola kalimat dan jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan atau kemalasan pembaca terhadapteks karangan ilmiah. Fungsi utama kevariasian ini adalah menjaga perhatian dan minat baca terhadap teks ilmiah berlanjut bagi pembaca. Pada dasarnya kevariasian adalah upaya penganekaragaman pola, bentuk, dan jenis kalimat agar pembaca tetap termotivasi membaca dan memahami teks sebuah karangan ilmiah. Agar kevariasi dapat menjaga motivasi pembaca terhadap teks, penulis perlu memperhatikan hal-hal berikut. (1) Awal kalimat tidak selalu dimulai dengan unsure subjek, tetapi kalimat dapat dimulai dengan predikat dan keterangan sebagai variasi dalam penataan pola kalimat. (2) Kalimat yang panjang dapat diselingi dengan kalimat yang pendek. (3) Kalimat berita dapat divariasikan dengan kalimat Tanya, kalimat perintah, dan kalimat seruan. (4) Kalimat aktif dapat divareiasikan dengan kalimat pasif. (5) Kalimat tunggal dapat divariasikan dengankalimat majemuk. (6) Kalimat taklangsung dapat divariasikan dengan kalimat langsung. (7) Kalimat yang diuraikan dengan kata-kata dapat divariasikan dengan tampilan gambar,bagan,grafik, kurva, marik, dan lain-lain. (8) Apa pun bentuk kevariasian yang dilakukan oleh penulisjangan sampai mengubah atau keluar dari pokok masalah yang dibicarakan. Perhatikanlah contoh kalimat dengan variasinya. (a) Dari renungan itu seorang manajer menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai bisnisnya ke depan. (b) Seorang ahli Inggris mengemukakan bahwa seharus tidak dibangun pelabuhan samudera. Namun, pemerintah tidak memutuskan demikian.Memang cukup banyak mengendorkan semangat kalau melihatkeadaan di Indonesia belahan Timur meskipun fasulitas pengangkutan laut dan udara sudah banyak dibangun. (Variasi kalimat dengan kata berawalan me- danberawalan di-). 7. PENALARAN DALAM KALIMAT EFEKTIF PENALARAN (reasoning) adalah proses mental dalam mengembang kan pikiran logis (nalar) dari beberapa fakta atau prinsip (KBBI,2005:772). Hal yang diutamakan dalam penalaran adalah proses berpikr logis dan bukan dengan perasaan atau bukan pengalaman. Penalaran tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh kesatuan dan kepaduan kalimat. Dalam penalaran alur berpikirlah ang ditonjolkan agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan benar dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman atau salah kaprah. Kesatuan pikiran akan logis jika didukungatau dikaitkan dari gabungan unsur atau fungsi kalimat. Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat melalui kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat. Hubungan logis dalam kalimat terdiri atas tiga jenis hubungan berikut. (1) Hubungan logis koordinatif adalah hubungan setara di antara bagianbagian kalimat dalam kalimat majemuk setara. Hubungan logis koordinatif ini ditandai dengan konjungsi dan, serta, tetapi, atau,melainkan, sedangkan, padahal. Contoh: Mobil itu kecil tetapi pajaknya sangat besar. (2) Hubungan logis korelatif adalah hubungan saling kait di antara bagian kalimat. Hubungan korelatif ini ditandai oleh konjungsi berikut. Hubungan penambahan : baik….maupun, tidak hanya..., tetapi juga…….. Hubungan perlawanan : tidak….., tetapi….., bukan……., melainkan Hubungan pemilihan : apakah…., atau….., entah….entah…… Hubungan akibat : demikian…..sehingga, sedemikianrupa……sehingga Hubungan penegasan : jangankan…..,…..pun….. (3) Hubungan logis subordinatif adalah hubungan kebergantungan diantara induk kalimat dan anak kalimat. Contoh: Dosen itu tidak masuk karena rumahnya kebanjiran. Hubungan subordinatif dalam kalimat majemuk tak setara (bertingkat) cukup banyak hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat yang ditandai dengan konjungsi-konjungsi berikut. (a) Hubungan waktu : ketika,setelah, sebelum, (b) Hubungan syarat : jika,, kalau, jikalau, (c) Hubungan pengandaian : seandainya andaikan,andai kata, (d) Hubungan tujuan : untuk, agar,supaya, (e) Hubungan perlawanan : meskipun,walaupun, kendatipun, (f) Hubungan pembandiungan : seolah-olah, seperti, daripada, alih-alih, (g) Hubungan sebab : sebab,karena, oleh sebab,lantaran, (h) Hubunganhasil/akibat : sehingga, maka, sampai (sampai) (i) Hubungan alat : dengan, tanpa (j) Hubungan cara : dengan, tanpa, (k) Hubungan pelengkap : bahwa, untuk, apakah, (l) Hubungan keterangan : yang, (m) Hubungan perbandingan : sama….dengan, lebih….daripada, berbeda…..dari Contoh kalimat yang salah karena tidak logis (salah nalar) (1) Di antara masalah nasional yang penting itu mencantumkan masalah MPKT dalam pendidikan (SALAH). Di antara masalah pendidikan nasional itu tercantum masalah MPKT dalam pendidikan (BENAR) (2) Untuk mengetahui baik buruk pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari. (SALAH) Baik buruk pribadi seseorang dapat dilihat dari pribadinya sehari-hari. (BENAR) (3) PT Gudang Garam termasuk lima penghasil terbesar devisa negara tahun 2010. (SALAH) PT Gudang Garam termasuk lima besar penghasil devisa negara tahun 2010. (BENAR). (4) Meskipun dia datang terlambat, namun dia dapat menyelesaikan masalah itu. (SALAH) Meskipun datangterlambat, dia dapat menyelesaikan masalah itu. (BENAR) Dia datang terlamat, namun dapat menyelesaikan masalah itu. (BENAR) (5) Dia membantah bahwa bukan dia yang korupsi tetapi staf keungan perusahaan. (SALAH) Dia menyatakan bahwa bukan dia yang korupsi melainkan staf keuangan perusahaan. (BENAR). BAB VII, VIII DAN IX PARAGRAF ATAU ALINEA DALAM TEKS A. PENGERTIAN PARAGRAF Satuan bahasa yang lebih besar danlebih luas darikalimat adalah paragraph atau aline. Dalam definisinya,PARAGRAF adalah satuan bahasayang mengemukakan sebuah pokiok pikiran atau satu gagasan utama yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensif. Setiap paragrafharus menyampaikan sebuah gagasan utama. Gagasan utama tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga dalam paragraph terdapat beberapa kalimat yang saling tekait. Dalam rangkaian kalimat itu tidak satupun kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan utama disebut kalimat topic dannkalimat yang bergagasan bawahan adalah kalimat penjels. Sebuah paragraf minimal tediri tiga kalimat dalammpenulisan karangan ilmiah. Perhatikanlah contoh paragraph berikut yang berisi gagasan utama atau kalimat topic dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas. (1) Sampah selamanya selalu memusingkan. (2) Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkalikali pula solusinya dirancang. (3) Namun, berbagai keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagaimasalah yang pelik. (4) Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. (5) Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah berkaitan dengan pencemaran air dan banjir. (6) Selama pengumpulan,pengankutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama Keenamkalimat dalam paragraph di atas membicarakan soal sampah, sehingga topic dalamparagraf tersebut dalah “masalah sampah”. Kalimat –kalimatnya koherensi atau saling terkait logis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahamitopik “masalah sampa” dalam paragraph itu dengan baik. B. FUNGSI PARAGRAF Paragraf yangberupa himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan mengemukakan gagasan utama berfungsi penting bagi penulis paragraph dan bagi pembaca paragraph dalam teks. Perhatikanlah fungsi-fungsi paragraph tersebut. Fungsi Paragraph bagi Penulis (1) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam teks. (2) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah idea tau pokok pikiran secara tertulis. (3) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi percampuran di antara unit pikiran penulis. (4) Penulis tidak cepat lelah dalammenyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke dalam paragraf berikutnya. (5) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan. Fungsi Paragraf bagi Pembaca (1) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar Danformal, pembaca dengan jelas memahami gagasan utama paragraf penulis. (2) Pembaca dengan mudah “menikmati” karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi penting dan kesanyang kondusif. (3) Pembaca sangat tertarik dan bersemangat membaca paragraph per paragraph karena tidak membosankan atau tidak melelahkan. (4) Pembaca dapat belajar bagimmana cara menarik untuk menyampaikan sebuah gagasan dalam paragraph tulis. (5) Pembaca merasa tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraph tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dapat juga dengan gambar,bagan,diagram, grafik,dan kurva. C. Persyaratan Paragraf yang Baik dan Benar Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut. (1) Kesatuan yang kompak,yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas. (2)Koherensi yang padu, yaitu antarkalimat dalamparagraf saling terkait Dalamparagraf. Cara mengaitkan antarkalimat dalam paragraph dapat dilakukan dengan cara berikut. (a) Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalamsetiapkalimat. (b) Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap awalkalimat dengantepat dan benar. (c) Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk Sebagaipengganti gagasan utama dengan kata-kata seprti: dia, mereka,nya, itu, tersebut, ini. (3) Penggunaan metode pengembangan paragraph sebagai penjels gagasan utama paragraph. Metode yang digunakan dari metodeproses sampai dengan metode definisi. (4) Setiap paragraph harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topic. Posisi Kalimat topic dalam paragraph ditempatkan pada : (a) Kalimat topic pada awal paragraf (deduktif), (b) Kalimat topic pada akhir paragraf (induktif, (c) Kalimat topic pada awal dan akhir paragraph (deduktif—induktif) (d) Kalimat topic pada temgah paragraph (ineratif) (e) Kalimat topic pada semua kalimat dalamparagraf (deskriptif). Kalimat topic dalam paragraph ditulis dalam klalimat tunggalatau kalimatmajemuk bertingkat karena kedua kalimat itu hanya menyampaikan satu gagasan utama. (5)Penulis paragraph tetap memmerhatikan kaidah satuan bahasayang lain, seperti ejaan, tanda baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata. (6) Dalam penulisan karangan ilmiah,penulisan paragraph harus diperhatikan hal-hal teknis penulisan .Seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva,gambar. (7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraph pada posisi bagian karanagan pendahuluan, isi,dan bagian kesimpulan. (8) Penulisan paragraph yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk. (9) Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf, yaitu jumlah kosakata paragraph antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalmia. (10) Jika uraianparagraf melebihi 100kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraph. D. JENIS-JENIS PARAGRAF Dalam karangan terdapat bermacam-macam jenis paragraph. Macam jenis paragraph tersebut jika diperhatikan dari berbagai sudut pandang. Berikut ini ditampilkan berbagai jenis paragaraf. (1) Jenis paragraph diperhatikan dari satuan karangan, di antaranya : (a) Paragraf pembuka yangterdapat padaawalkarangan sebagaipengantar pokok pikiran penulis yangditempatkan pada bagian pendahuluan. (b) Paragraf isi adalah paragraph yangmenguraikan pokok masalah Dalam karangan, yaitu bagian isi atau uraian karangan. (c) Paragrafpenutup adalah paragraph yang menyimpulkan atau mengakhiri sebuah karangan,yaitu bagian penutup atau kesimpulan. (2) Jenis paragraph diperhatikan dari sudut pandang sifat tujuan karangan,di antaranya : (a) Paragraf eksposisi adalah paragraph yang menginformasikan atau memaparkan pokok masalah. (b) Paragraf argumentative adalah paragaraf yang mengemukan suatu pikiran dngan alasanlogis. (c) Paragraf deskriptif adalah jenis paragrafyang memerikan suatu suasana, area, dan benda. (d) Paragraf naratif adalah jenis paragraph yang menceritakan suatu masalah. (e) Paragraf persuasive adalah jenis paragraph yang memengaruhi ataumerajuk orang tentang sesuatu . (3)Jenis paragraph diperhatikan dari posisi kalimat topic dalam paragraph,diantaranya : (a) Paragraf deduktif adalah jenisparagraf yang menempatkan kalimat topik pada awal paragraph. (b) Paragraf induktif adalahjenis paragraph yang menempatkan kalimat topik pada akhir paragraph. (c) Paragraf dedukti-induktif adalah jenis paragraph yang menempatkan kalimat tepi pada awal dan akhir paragraph. (d) Paragraf ineratif adalah jenis paragraph yang meletakkan kalimat topik pada tengah paragraph. (e) Paragraf tanpa kalimat topic adalah paragraph yang menyeimbangkan paragraph yang melebihi satu paragraph. (4) Jenis paragraph diperhatikan dari cara atau metode pengambangan paragraph, di antaranya : (a)Paragraf menerangkan, (b) Paragraf merinci, (c) Paragraf contoh, (d) Paragraf buktian, (e) ParagrafPertanyaan, (f) Paragraf perbandingan, (g) Paragraf sebab akiba. Dari ke-4 sudut paragraph di atas, paragraph darisudut pandang satuan karangan dan paragraph sudut pandang sifat tujuan karangan yang perlu dipahami lanjut. Setelah memerhatikan jenis-jenis paragrafdari berbagai sudut pandang,berikut ini akan dijelaskan Janis paragraph dari sudut pandang satuankarangan, yaitu paragraph pembuka , paragraph isi, dan paragraph penutup. PARAGRAF PEMBUKA Paragraf pembuka adalah paragraph yang mengawali sebuahpenulisan karangan dengan mengantarkan pokok masalah dalambagian pendahuluan karangan. Hall-halyang harus diperhatikan dalam menyusun paragraph pembuka karangan. (1) Paragraf itu berfungsi mengantar pokokmasalah karangan. (2) Paragraf ini sanggup menyiapkan pikiran pembaca pada pokok masalah yang akan dijelaskan. (3) Kata-kata dalamparagraf ini hendaknya menarik perhatian pembaca, sehingga mudah memahami pokok masalah yang akan diuraikan. (4) Kalimat dan paragraph dalambagian ini tidak terlalupanjangkarena paragraph belum menguraikan. PARAGRAF ISI Paragraf isi atauparagraf pengembang adalah jenis paragraph yang berfungsimenuraikan atau memperjelas pokok masalah yang akan diuraikan dalamkarangan.Uraian pokok masalah dalamparagraf ini dapat disampaikan dengan berbagaimetode pengembangan dan menbampilkan hal-halteknis uraian dalamkarangan ilmiah. Hal-halyang diperhatikan dalam jenisparagrafini diantaranya: (1) Mengemukakan pokok masalah dengan jelas dan eksplisit. (2) Perlu dijaga keserasian dan kelogisan antarparagraf. (3) Pengambangan paragraph dapat menggunakan jenis paragraph ekspositoris, argumentative,deskriptif, dan naratif. (4) Memperhatikanhalteknis penulisan seperti kutipan, sumberkutipan, penggunaan bagan diagram grafik kurfa. (5) Menyiapkan uraian pokok masalah yang disentesiskan sebagai bahan paragraph kesimpulan. PARAGRAF PENUTUP Paragraf penutup merupakan pernyataan kembali gagasan yang diuraikanatau merupakan jawaban pertanyaan yang terdapat pada paragraphpembuka.Paragraf ini merupakan akhir sebuah karangan yang dapat disampaisecara horisontaldan vertical dalam rincian. Hal-hal yang perlu diperhatikandalam penyusunan paragraph penutup ini, antara lain 1) Paragraf ini tidak boleh terlalu panjang dan tidak begitu saja memutuskannya. 2) Paragraf ini ditampilkan sebagai cerminan sebuah kesimpulan. 3) Paragraf ini harus mendapat kesan positif dan informasi 4) pengetahuan yang logis dan kondusif. 5) Paragraf ini dapat berupa jawaban singkat dariuraian atau pertanyaan yang terdapat pada paragraph Pembuka. 6) Paragraf ini jangan lagimenguraikan, mengutip,dan mengemukakan masalah baru. 7) Berdasarkan apa yang disimpulkan dalam paragraf, penulis dapat mengajukan rekomendasi atau 8) Usulan yang berupa saran karena keterbatasan waktu dan dana yang penulis dapatkan. 1. JENIS TULISAN Sebelum mengarang, apalagi karangan ilmiah, seseorang harus paham terlebih dahulu mengenai apa itu karangan dan jenis-jenisnya. Dengan begitu, seorang penulis dapat menentukan jenis karangan yang akan dibuatnya dan memudahkan yang bersangkutan menyusun kerangkanya sehingga tujuan ia menulis dapat tercapai. Pada dasarnya, mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau menguas topik tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (Finoza, 2008:228). Selain itu, harus pula dipahami bahwa karangan dapat bersifat nonilmiah, semiilmiah atau ilmiah populer, dan ilmiah. Ketiganya memiliki sejumlah perbedaan seperti terlihat pada tabel berikut ini. Sifat Karangan Ciri Contoh Nonilmiah (1) Tidak terikat oleh aturan bahasa yang baku, (2) Struktur tidak baku walaupun tetap sistematis, (3) Nonfaktual atau rekaan (4) Subjektif, (5) Biasanya berbentuk narasi, deskripsi, dan campuran Cerita pendek, anekdot, dan puisi Semiilmiah (1) Menghindari istilah-istilah teknis dan menggantinya dengan istilah umum, (2) Struktur tidak baku walaupun tetap sistematis, (3) Pengamatan bersifat faktual, (4) Bersifat campuran objektif dan subjektif, (5) Biasanya berbentuk eksposisi, persuasi, deskripsi, dan campuran Berita, opini, dan artikel Ilmiah (1) Sumber bersifat faktual, (2) Bersifat objektif (3) Menggunakan kaidah bahasa yang baku, (4) Terikat oleh aturan yang lazim digunakan dalam ranah penulisan ilmiah bidangbidang ilmu, (5) Struktur bersifat baku, (6) Argumentasi dan campuran Makalah, skripsi, tesis, dan disertasi a. Eksposisi a. Eksposisi Karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan memberikan panjelasan, informasi, keterangan, dan pemahaman kepada pembaca atau pendengar tentang suatu hal. Tulisan jenis ini biasanya menguraikan sebuah proses atau suatu hal yang belum diketahu oleh pembaca atau proses kerja suatu benda (Keraf, 1977: 110). Sebuah tulisan ekspositoris semata-mata hanya memberikan informasi dan tidak bertujuan lain, seperi misalnya berpromosi atau menggiring pembaca agar setuju dengan apa yang dijelaskan di dalamnya. Jenis karangan ini dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari di media massa, seperti berita politik, berita kriminal, atau lainnya. Karena sifatnya yang memaparkan, karangan eksposisi dapat juga disebut paparan. Teks di bawah ini merupakan contoh eksposisi di media massa. Kilau Batu Berharga Bebatuan berharga muncul mempercantik aksesori. Kenali jenis bebatuan yang mayoritas terbuat dari kandungan mineral ini, yuk! Berlian Berasal dari atom karbon yang dibentuk di bawah tekanan sangat tinggi dan terkubur amat sangat dalam di bawah tanah. Berlian berharga mahal karena selain cantik, batu ini juga sangat sulit ditemukan di dunia dan melalui proses pengolahan yang sulit. Permukaan berlian tidak bisa basah oleh air, namun sangat rentan terhadap minyak. Berlian dinilai dari kejelasan (clarity), warna (color), dan potongannya (cut). Indonesia adalah salah satu penghasil berlian yang terbaik! Amethyst Amethyst adalah jenis batuan yang paling berharga dan mudah dikenali. Amethyst memiliki nuansa warna ungu, dari ungu tua hingga merah pucat keunguan. Amethyst dapat ditemukan di berbagai benua. Amethyst paling langka dan sangat berharga adalah jenis Deep Russian. Sapphire Batu berharga ini terbuat dari jenis mineral corundum, lebih tepatnya aluminium oxide. Pengaruh elemen lain, yaitu zat besi, titanium, chromium, copper, atau magnesium membuat Sapphire memiliki banyak warna, dari biru, kuning, pink, ungu, orange, atau hijau. Batu ini dapat ditemukan di lapisan sedimen. Batu Sapphire sangat kuat sehingga tidak hanya digunakan di dunia aksesori saja namun juga alat-alat high-tech seperti komponen optik infrared. Emerald Emerald adalah jenis batuan beryl yang paling berharga. Emerald memiliki warna hijau yang kuat dan memendarkan cahaya yang begitu cantik. Batu emerald yang paling baik bahkan memiliki harga melebihi harga berlian, namun sangat tidak mudah menemukan emerald yang sempurna. Aquamarine Aquamarine artinya air dan lautan. Batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan baryl yang memiliki warna semburat biru; dari biru pucat hingga biru kehijauan. Aquamarine termahal adalah yang berwarna biru aqua yang pekat yang biasa ditemukan di Brazil. Rubi Batu ini terbentuk dari mineral yang disebut korundum, terdiri dari oksida aluminium. Warna merah disebabkan oleh jejak kromium, sementara semburat cokelat terjadi karena pengaruh zat besi. Rubi paling berharga adalah yang berwarna merah dengan semburat biru. (disunting dari “Kilau Batu Berharga” dalam Nova,24—30 September 2012) b. Argumentasi (Bahasan) Tulisan ini bertujuan untuk meyakinkan atau mengubah pendapat pembaca atas suatu pendapat, ideologi, doktrin, sikap, atau tingkah laku tertentu. Dalam tulisan yang bersifat ilmiah, jenis karangan ini biasanya digunakan oleh penulis karena sebuah karya ilmiah harus dapat meyakinkan pembaca atas topik yang diuraian penulisnya. Dengan demikian, penulis harusmenyusun karangannya secara logis dengan alasan atau data yang mampu meyakinkan pembaca. Di bawah ini adalah contoh karangan argumentasi. Terkini Salah satu kosakata sangat aneh dalam bahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh media elektronik, terutama televisi, adalah ‘terkini’. Sejumlah stasiun televisi menggunakan kata itu dengan berbagai variasi ‘Kabar Terkini’, ‘Terdepan dan Terkini’, ‘Indonesia Terkini’, dan lain-lain. Adakah yang lebih kini sehingga ada yang terkini? Adakah waktu bisa kita tangkap, kita bekukan, menjadi kini yang berhenti, statis, membeku, kemudian kita bikin yang lebih kini bernama terkini? Kini, kemarin, ataupun esok adalah momen yang tak mungkin kita tangkap. Begitulah absurditas waktu. Hanya tubuh kita yang menjadi bukti dan saksi yang menangkap jejak waktu. Bayi bertumbuh remaja, muda, berangsur matang. Setelah itu, tua, kusut, menopause, renta, surut. Bukan karena bahasa Indonesia tak mengenal tenses lalu kita boleh memakai kosakata dengan logika sembarangan. Melath logika, melatih otak, bahkan melatih tubuh—tangan kita pun sebenarnya bisa mengingat apa yang tak diingat oleh otak kita—adalah bagian bagian dari melatih kesadaran. Tiadanya kesadaran membuat jagat kecil, yaitu dari kita, menjadi morat-marit. Korupsi dan segala kejahatan turunannya adalah parihal diri manusia yang kacau. (Disunting dari “Terkini” oleh Bre Redana dalam Kompas Minggu, 20 Desember 2012) c. Persuasi (Ajakan) Karangan persuasi adalah karangan yang tertujuan meyakinkan pembaca, membuat pembaca percaya, atau membujuk pembaca atas apa yang dikemukakan oleh penulis. Yang dikemukakan itu dapat saja berupa fakta, produk, pendapat, hingga ideologi tertentu. Bidang yang paling banyak menggunakan jenis karngan ini adalah dunia periklanan. Kata ‘persuasi’ berasal dari kata Inggris ‘to persuade’ yang bararti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah ‘persuation’ yang kemudian dipungut ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘persuasi’ (Finoza, 2008: 247). Karangan persuasi dapat dogolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda. Di bawah ini adalah contoh persuasi dalam iklan.Energhi(untuk Perlindungan Kulit Anda di Tanah Suci) Persiapkan perawatan khusus kulit, wajah dan tubuh Anda saat menuju tanah suci dengan Energhi. Sehingga kondisi cuaca, suhu dan udara yang ekstrim tidak mengganggu kekhusuan ibadah haji Anda. Energhi Skin Care package akan menjaga dan melindungi kulit Anda tetap lembab, sehat dan alami d. Narasi (Kisahan) Narasi atau kisahan adalah karangan yang menceritakan sesuatu baik berdasarkan pengamatan maupun pengalaman secara runtut. Sebuah karangan narasi akan berusaha mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109). Penulisan narasi yang bak membutuhkan tiga hal, yaitu (1) kalimat pertama dalam paragraf harus menggugah minat pembaca, kejadian disusun secara kronlogis, dan (3) memiliki fokus pada tujuan akhir yang jelas (Utorodewo, dkk, 2004: 65). Selanjutnya, Utorodewo, dkk (2004: 65) mengemukakan bahwa sebuah karangan narasi akan tersusun dengan baik apabila menggunakan: (1) keterangan waktu, (2) keterangan yang berkaitan dengan pekerjaan atau peristiwa, dan (3) kata-kata peralihan yang mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu, dan kaitan hasil, dan pertentangan. Ditinjau dari sifatnya, narasi terdiri atas dua jenis, yaitu (1) narasi ekspositoris atau narasi faktual, dan (2) narasi sugesti atau narasi berplot (Finoza, 2008: 238). Yang dimaksud dengan narasi ekspositoris adalah yang bertujuan memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuan yang bersangkutan bertambah luas, sedangkan narasi sugesti adalah narasi yang ditujukan memberikan makna kepada pembaca melalui imajinasinya. Di bawah ini adalah contoh narasi sugestif. Dulu, musim hujan pertama itu, ketika anakku dan aku baru pindah kemari, Monang masih rajin datang. Setiap hari raya—Natal, Paskah—dan tentu hari ulang tahunku. Ya, artinya ia selalu datang sehari sesudahnya. Mungkin ia malu bertemu dengan keluargaku. Jadi selalu diusahakannya agar datang sesudah mereka pergi. Mengelakkan senyum dingin yang terarah kepadanya, yang lebih melukai dari seribu tuduhan. Melarikan diri dari pandangan penuh arti, yang lebih keras memukul daripada tinju kepal. Keluargaku tak pernah memaafkkannya. Barangkali mereka tak sanggup menerima bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya. Mereka tidak bisa mengerti bahwa aku sanggup tetap mengasihi orang yang telah mengucilkanku kemari.Kalau bukan karena Monang, tentu aku pun sudah menjadi tokoh masyarakat sekarang. Namaku dan potretku tentu sering muncul di surat kabar. Perbuatanku dan pemikiranku tentu dianggap turut membangun masyarakat, turut mengarahkan terlaksananya cita-cita mereka. Sekarang... teman-temanku pun sudah lupa padaku. Karenaperbuatan Monang aku menjadi begini... . Tetapi aku sudah lama mengampuninya. Keampunan dosa—bukankah itu inti sari agamaku?Kuyakinkan bahwa Allah Maha Pemurah, mengampuni dosa sekejiapapun. Ia sudah mengampuni aku. Aku yakin betul bahwa dosaku diampuni olehNya. Dan kalau begitu, siapakah aku—yang gegabah menolak penyesalan sesamaku? Hukumammu sudah cukup berat, Monang. Aku takkan menambahsekerikil pun atas bebanmu. Karena pernah kita begitu berbahagia bersama-sama. Menghayati bersama-sama kecerahan hari hidup kita. Lalu badai menyambar kita—sehingga kita terpisah kini. Tetapi itu bukan cuma salahmu,Monang. “Badai meniupkan kapal-kapal ke mana nakhodanya tak berhasrat pergi,” kata suatu pepatah kuno. Kapalku kandas, sedangkan kapalmu berlayar terus tanpa harapan. Ya, sekalipun kau tak pernah mengunjungiku akhir-akhir ini,Monang, sedikit-dikitnya itu kuketahui betul: kau hidup tanpa harapan.Kasihan Monang...Dari rumahku yang kecil di luar kota, kukirimkan rasa ibakukepadamu di rumahmu yang mewah di tengah kota. Bagaikan burung pipit yang hinggap di jendela, memandang bangkai cenderawasih yang kau pajang d atas lemarimu. Dan kalau sampai kau lihat burung pipit itu, Monang, ingatkah kau padaku? Pada Raumanen, cinta pertamamu? (Dicuplik dari novel berjudul Raumanen karya Marianne Katoppo, diterbitkan oleh Metafor Publishing, Jakarta, 1977, hlm. 3—4) e. Deskripsi (Lukisan) Deskripsi merupakan jenis karangan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan dari aspek rupa, sifat, rasa, atau corak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya selain menggambarkan perasaan bahagia, takut, sepi, sedih, atau genbira. Tujuan karangan ini adalah membantu pembaca membayangkan apa yang digambarkan tersebut (Utorodewo, dkk, 2004: 65). Seorang penulis yang hendak menulis karangan deskriptif haruslah teliti, cermat, dan kreatif memilih kata-kata sehingga pembaca dapat membayangkan objek yang dilukiskan tersebut. Agar sampai pada tujuan tadi, seorang penulis harus mengambil sikap tertentu terhadap objek yang akan dilukiskannya. Ada dua pendekatan yang bisa diambil oleh penulis dalam mendeskripsikan sesuatu, yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionalistis. 1. Pendekatan Realistis Dalam pendekatan ini, penulis seolah bertindak sebagai tukang potret yang memotret sebuah objek melalui kameranya. Dengan kata lain, penulis harus bersifat objektif, tidak dibuat-buat, atau apa adanya. Perhatikan contoh berikut. Orang Bugis berbagai ciri khas yang sangat menarik. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India, dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka. Orang Bugis juga memiliki tradisi kesusastraan, baik lisan maupun tulisan. Berbagai karya sastra tulis yang berkembang seiring dengan tradisi lisan, hingga kini masih dibaca dan disalin ulang. Perpadun antara tradisi lisan dan tulis ini kemudian menghasilkan salah satu epos sastra terbesar di dunia, yakni La Galigo yang lebih panjang dari Mahabharata. (dicuplik dari Manusia Bugis karya Christian Pelras, hlm. 4) 2. Pendekatan Impresionistis Sesuai dengan namanya, pendekatan impresionistis bertujuan menimbulkan kesan dalam diri pembaca sesuai dengan impresi penulis karena pelukisan bertolak dari sudut pandang penulis. Jadi, sifat pendekatan ini subjektif. Perhatikan cuplikan cerita di bawah ini. Sepasang burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar di langit. Tanpa sekalipun mengepakan sayap, mereka mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya melengking seperti keluhan panjang. Air. Kedua unggas ini telah melayang beratus-ratuskilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempat mereka mencari mangsa: latak, ikan, udang, atau serangga lainnya. Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah tujuh bulan kerontang. Sepasang burung bangau itu takkan menemukan genangan air mesi sebesar telapak kaki. Sawah berubah menjadi padang kering berarna kelabu. Segala jenis rumput mati. Yang menjadi bercak-bercak hijau di sana-sini adalah kerokot, sajian alam bagi sejala jenis belalang dan jangkrik. Tumbuhan jenis kaktus ini justru hanyamuncul di sawah justru sewaktu kemarau berjaya. Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusahamempertahankan nyawanya. Dia terbang bagai batu lepas dari ketepel. Sambil menjerit sejadi-jadinya. Di belakangnya seekor alap-alap mengejer dengan kecepatan berlebih. Udra yang ditempuh kedua binatang itu membuat udara desau. Jerit pipit kecil itu terdengar ketika paruh alap-alap menggigit kepalanya. Bulu-bulu halus beterbangan. Pembunuhan terjadi di udara yang lengang, di atas Dukuh Paruk. (dicuplik dari Ronggeng Dukuh Paruk karyaAhmad Tohari, hlm. 9) 2. Ringkasan, Abstrak, dan Sintesis Ketiga istilah di atas pada intinya merujuk pada pekerjaan yang sama, yaitu meringkas. Namun, masing-masing memiliki perbedaan yang harus dipahami agar tidak menimbulkan salah paham. a. Ringkasan Menyajikan kembali sebuah tulisan yang panjang ke dalam bentuk yang pendek disebut meringkas. Tindakan meringkas dapat dilakukan terhadap berbagai jenis teks, di antaranya ringkasan atas novel, ringkasan atas buku laporan tahunan, dan ringkasan atas sebuah bab sebuah buku. Untuk sampai pada ringkasan yang baik, cara yang dapat dilakukan oleh penulis adalah menghilangkan segala macam ‘hiasan’ dalam teks yang akan diringkas. Yang dimaksud dengan ‘hiasan’ di sini dapat berupa (1) ilustrasi atau contoh, (2) keindahan gaya bahasa, dan (3) penjelasan yang terperinci.Sebuah ringkasan memiliki beberapa ciri. Pertama, penulis haruslah mempertahankan urutan pikiran dan cara pandang penulis asli. Kedua, penulis harus bersifat netral, dalam arti tidak memasukan pikiran, ide, maupun opininya ke dalam ringkasa yang dibuatnya. Ketiga, ringkasan yang dibuat haruslah mewakili gaya asli penulisnya, bukan gaya pembuat singkasan. Dengan membaca teks asli secara berulang-ulang, menandai kalimat topik setiap paragraf, dan menghilangkan segala macam hiasan, penulis akan dapat membuat sebuah ringkasan yang baik b. Abstrak Abstrak adalah karangan ringkas berupa rangkuman. Istilah ini lazim digunakan dalam penulisan ilmiah. Oleh karena itu, abastark terikat dengan aturan penulisan ilmiah. Dalam sebuah abstrak setidaknya ada hal-hal berkut: (1) latar belakang atau alasan atas topik yang dipilih, (2) tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis, (3) metode atau bahan yang digunakan dalam penelitian, (4) keluaran atau kesimpulan atas penelitian. Panjang-pendek sebuah abstrak amat ditentukan oleh tujuannya. Apabila abstrak tersebut ditulis untuk keperluan Jurnal, maka panjangnya antara 75 sampai dengan 100 kata, sedangkan untuk skripsi 200 sampai dengan 250 kata. Perhatikan contoh abstrak di bawah ini untuk keperluan jurnal. Abstrak Tradisi lisan Indonesia mengalami ancaman kepunahan karenaberbagai sebab sehingga diperlukan usaha-usaha yangkomprehensif untuk memeliharanya. Makalah ini akan membicarakan berbagai cara perekaman tradisi lisan di Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua dantantangan yang dihadapinya. Tujuannya adalah menjelaskan perlunya usaha inventarisasi sebagai tahap awal penyelamatan tradisi tersebut. Dengan metode observasi langsung yang ditunjang oleh kepustakaan, penelitian diharapkan mampu merekam secara akurat berbagai tradisi lisan yang ada dalam masyarakat Indonesia secara akurat. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa kesepakatan umum dalam dunia ilmu bahwa abstrak ditulis bahasa Inggris. Misalnya, apabila sebuah artikel untuk jurnal atau skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstraknya ditulis dalam bahasa Inggris. c. Sintesis Berbeda dengan ringkasan dan abstrak yang merupakan ringkasan atas satu sumber saja, sintesis dibuat atas beberapa sumber. Pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka. Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya, (3) sudut pandang penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya. 3. Kutipan dan Sistem Rujukan 3.1 Kutipan Dalam menulis karya ilmiah, kadangkala kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita gunakan sebagai alat untuk memperkuat argumentasi kita. Dalam upaya tersebut, perlu diperhatikan kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam dunia ilmu. Kutipan terdiri atas dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara langsung kita tidak melakukan perubahan apa pun terhadap teks atau bagian teks yang kita kutip tersebut sedangkan dalam mengutip tidak secara langsung kita diperkenankan untuk menggunakan kata-kata kita sendiri tetapi tidak mengubah makna pada teks aslinya. Keduanya jenis kutipan ini bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran orang lain untuk melengkapi tulisan kita tanpa menghilangkan penghargaan kita kepada orang yang pikirannya kita pinjam tersebut. Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri kutipan langsung adalah (1) Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli, (2) Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli, (3) Tanda tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian kutipan yang dihilangkan, dan (4) Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung. Dalam proses ini, kadang kita mengutip teks yang panjang dan kadang mengutip teks yang pendek. Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris sedangkan kutipan panjang lebih dari empat baris. Kutipan pendek (1) diintegrasikan langsung dengan tulisan kita, (2) diapit oleh tanda kutip, dan, (3) jangan lupa, sumber kutipan. Kutipan langsung panjang(1) dipisahkan dari teks kita dengan dengan spasi dan besaran huruf yang lebih kecil, (2) boleh diapit oleh tanda kutip oleh tidak, dan (3) jangan lupa, sumber kutipan harus ada. Kutipan langsung, baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat dilakukan pada catatan kaki dengan tatacara: spasi rapat, diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli. Kutipan tidak langsung disebut juga inti sari pendapat memiliki ciri-ciri (1) diintegrasikan dengan teks, (2) tidak diapit oleh tanpa kutip, dan (3) harus menyertakan sumber kutipan. Mengenai sumber kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis jika kita tidak ingin digolongkan sebagai orang yang melakukan plagiarisme karena plagiarisme merupakan tindakan pencurian terhadap hak cipta seseorang yang dilindungi oleh hukum. Selain terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber kutipan juga berarti menghargai pikiran orang yang tulisannya kita kutip selain sebagai etika dalam dunia ilmu dan aspek legalitasnya. 3.2 Sistem Rujukan Dalam upaya menjaga etika ilmiah dalam hal penggunaan sumber lain dalam sebuah tulisan, kita mengenal sistem catatan. Sistem ini dikembangkan dalam tiap bidang ilmu selingkung sehingga muncul variasi dalam penulisannya. Tidak heran apabila sistem yang digunakan oleh bidang ilmu tertentu berbeda dengan sistem yang dikembangkan oleh bidang ilmu lainnya. Walaupun demikian, kita mengenal dua sistem perujukan yang sering digunakan, yaitu : (1) catatan kaki, dan (2) catatan belakang. Catatan Kaki adalah catatan yang diletakkan di bagian bawah halaman sedangkan Catatan Belakang ada di akhir bab (dalam sebuah buku) atau bagian akhir sebuah tulisan (dalam sebuah makalah). Sistem catatan dapat dibagi dalam dua jenis: referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh angka Arab. Teks di bawah ini akan menjelaskan bagaimana catatan dibuat. Sebuah tulisan mengenai hubungan pribadi seseorang dengan lingkungannya mengutip pendapat seorang tokoh psikologi Amerika bernama Donald B. Calne. Tokoh ini menulis buku berjudul Batas Nalar yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia di Jakarta. Di halaman 159, penulis buku membuat pernyataan yang cukup penting mengenai mentalitas para pedagang sehingga perlu dikutip dan diberi catatan (bagian yang dikutip ditebalkan). Setiap orang akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Demikian pula dengan profesi seseorang. Orang yang sukses berniaga punya kecenderugan bertindak dan menantang risiko di mana perlu.1 Seperti dikatakan oleh John Maynard Keynes, dst. _______________ 1Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 159. Informasi Tambahan pada sistem catatan digunakan apabila penulis memandang perlu menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian dari uraian tertentu, memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang sama. Tujuan informasi tambahan ini adalah agar pembaca mendapatkan informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari uraian tersebut. Contoh berikut diambil dari tulisan Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan Budaya Menjelang Kemerdekan Indonesia— Malaysia” yang terbit Jurnal Makara Vol. 11, No. 2 Desember 2007, hlm. 48—57. Di halaman 52, Maman menguraikan mengenai usaha seorang tokoh Melayu bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha tokoh itu secara singkat dimasukan dalam catatan kaki. Sementara itu, tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia persoalannya lain lagi. Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa melibatkan Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang berakhir dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai cita-cita menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali pudar; perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS lainnya kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuanganmya dari Indonesia.17 _________________ 17Perjuangan Ibrahim Haji Yaakob untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesiaternyata tidak pernah terwujud sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979. Sebagaipenghargaan atas perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di MakamPahlawan Kalibata, 10 Maret 1979. Dalam hal catatan kaki yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat dipastikan menggunakan beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali dengan halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit, harus diketahui dan dipergunakan dengan benar. Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit. ketiganya berasal dari bahasa Latin. Ibid berasal dari kata ibidem yang artinya ‘pada tempat yang sama’. Istilah ini digunakan untuk rujukan apa saja yang digunakan berturut-turut tanpa disela oleh sumber yang lain. Op.Cit. berasal dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu sumber berupa sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber tersebut telah disela oleh sumber yang lain. Loc.Cit. berasal dari kata loco citato yang artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacu kepada artikel dalam bunga rampai, jurnal, majalah, koran, ansiklopedi. Istlah ini dipergunakan apabila artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela oleh sumber yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini. 1Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm.159. 2Ibid. 3Ibid, hlm. 40. 4Ibid, hlm. 46. 5Boen S. Oemarjati. 2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Hlm. 121. 6Arnold Van Gennep. 1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press. Hlm. 35. 7Donald B. Calne, Op.Cit., hlm. 170. 8Boen S. Oemarjati, Loc.Cit., hlm. 125. 9Arnold Van Gennep, Op.Cit., hlm. 42. 4. Daftar Pustaka Daftar pustaka atau bibliografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah. Sumber-sumber tersebut harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim disebut sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi atau Kepustakaan dengan fungsi sebagai berikut. 1. Membantu pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis. 2. Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan. 3. Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya. 4.Sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumbersumber yang dipergunakannya. Ada beberapa variasi penulisan Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat pola-pola penulisan yang dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psycologycal Association). Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada dasarnya sama. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: (1) nama penulis, (2) tahun terbitan sumber yang bersangkutan, (3) judul sumber yang dipakai sebagai referensi, dan (4) data publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit). Dalam menyusun Daftar Pustaka, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu: (1) baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3--5 ketukan ke dalam, (2) jarak antarbaris 1 spasi, (3) jarak antarsumber 1,5 atau 2 spasi, (4) diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang) Untuk nama penulis, penulisannya dalam daftar pustaka berbeda dengan penuisan dalam Catatan kaki. Pada Catatan Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut. Format MLA Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005. Gennep, Arnold Van. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press, 1992. Oemarjati, Boen S. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012. Format APA Caine, Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Gennep, Arnold Van. (1992). The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press. Oemarjati, Boen S. (2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Apabila pengarang dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik sedangkan nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat orang atau lebih, maka setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al. Contoh: Dua Penulis: Gustianti, Rina dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri. Tiga Penulis: Gustianti, Rina, Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri. Empat Penulis: Gustianti, Rina, dkk. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga PenaMandiri. 5. Topik, Tujuan, Tesis, dan Kerangka Karangan Sebuah karya ilmiah haruslah direncananan dan disusun dengan cara yang sistematis dan terukur. Untuk itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang hendak diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik. Topik tidak sama dengan judul. Namun banyak orang mengartikannya sama. Topik, seperti telah dikemukakan di atas, haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis, sedangkan judul paling akhir karena judul hanyalah kepala karangan. Dalam memilih perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu (1) harus menarik perhatian penulis, (2) diketahui dan dikuasai oleh penulis, (3) harus sempit dan terbatas, dan (4) untuk penulis pemula hindari topik yang kontroversial dan baru. Mengapa demikian? Sebab, bagaimana mungkin mengerjakan sesuatu tulisan yang kita sendiri tidak tertarik. Bagaimana pula dapat memberikan uraian yang berbobot apabila bidang atau pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang dipilih tidak kita kuasai. Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak menguasai ilmu sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang berisi tinjauan ilmiah karya-karya Mochtar Lubis yang demikian kompleks dengan bobot yang tinggi. Selain itu, sebuah tulisan ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan selesai dibicarakan dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu luas, maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana. Demikian pula topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. Semuanya harus disesuaikan dengan yang disyaratkan oleh jenis-jenis karya ilmiah tersebut. Bagi seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik yang kontrovesial dan baru akan menyulitkan yang bersangkutan dalam mencarirujukan penunjang. Apabila si penulis ingin melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu, yang bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya. Selain, topik yang terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya juga karena seorang penulis pemula tidak menguasai istilah-istilah teknis bidang yang digarapnya. Secara sepintas, menentukan topik sebuah tulisan tampaknya merupakan langkah yang agak sulit dilakukan. Namun demikian, dengan mempertimbangkan posisi penulis dalam bidang ilmu tertentu dan horizon pengetahuannya di bidang tersebut, seorang calon penulis dapat menentukan sebuah topik yang dapat dia garap dengan baik.Apabila sebuah topik telah selesai dirumuskan, akan diapakan topik itu? Untuk itu, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai penulis berdasarkan topik sehingga tujuan itu mempersempit atau membatasi topik. Tesis dan Kerangka Karangan TESIS dalam penulisan karangan ilmiah merupakan langkah awal penulisan. Tesis dibentuk berdasarkan topik dan tujuan. Perlu diketahui dulu topik dan tujuan barulah dirumuskan tesis karangan. Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dalam karangan ilmiah. Tanpa mengetahui pokok masalah yang akan dibicarakan penulis tidak dapat menetukan permasalah serta sasaran apa yang akan dicapai dalam penulisan. Supaya topik itu dapat ditetapkan dengan jelas dan menarik, penulis menentukan topik berdasarkan penguasaan permasalahan. Setelah topik ditetapkan, penulis menentukan tujuan dari topik yang telah ditetapkan. Tujuan dari topik itu adalah sasaran yang akan dicapai penulis berdasrkan topiknya. Tujuan semacam pembatasan topik agar tidak menyimpang dari permasalahan. Pada dasarnya tujuan mempersempit permasalahan yang akan dibicarakan dalam karangan. Oleh karena itu, tujuan harus lebih terbatas atau lebih sempit dari topiknya. Setelah topik dan tujuan ditetapkan dengan jelas, penulis merumuskan topik dan tujuan itu ke dalam tesis. Degan demikian, TESIS adalah perumusan topik dan tujuan dalam bentuk kalimat dengan menonjolkan topiknya sebagai pokok bahasan. Tesis lebih menonjolkan topik daripada tujuan dengan maksud penulis karangan ilmiah melakukan analisis, intrpretasi, dan sintesis. Dalam proses penulilasan karangan ilmiah, tesis merupakan “payung” bagi tahapan penulisan ilmiah. Misalnya, dalam menyusun kerangka karangan penulis berpedoman pada tesis. Jadi, tesis semacam rambu-rambu pedoman dalam penulisan. Namun, penentuan sebuah tesis juga dapat dilakukan berdasarkan karangan yang sudah jadi (publikasi ilmiah). Dengan demikian,tesis mampu meramalkan, mengendalikan, dan mengarahkan penulis pada proses lanjut penulisan, yaitu penyusunan kerangka karangan (outline). Dalam penulisan karangan ilmih, penulis tidak langsung menulis setelah mengetahui tesis karangannya, tetapi harus menata pokok-pokok bahasan itu ke dalam kerangka karangan. KERANGKA KARANGAN adalah suatu rencana kerja ilmiah yang teratur untuk mendeskripsikan penyusunan pokok-pokok bahasan ke dalam bab dan subbab dengan menampilkan acuan berupa sumber rujukan (referensi) yang digunakan. Tahapan penyusunan kerangka karangan itu perlu dimanfaatkan oleh penulis karena kerangka mempunyai beberapa fungsi penting dalam proses penulisn, di antaranya; (1) Tidak mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar daripokok masalahnya. (2) Menciptakan klimaks yang berbeda setiap bab sehingga ada variasi dalam penyajian materi karangan, (3) Mengingatkan penulis pada bahan/materi sebagai sumber rujukan dan bahan. (4) Membaca ulang karangan yang sudah selesai dapat menciptakan kembali reproduksi yang sama dari pembaca. (5) Dapat dilihat dengan jelas wujud, ide, nilai umum, dan spesifikasi karangan,dan (6) Berarti setengan karang sudah selesai dilakukan atau merupakan tahapan akhir dari prapenulisan. Setelah mengetahui fungsi kerangka karangan bagi penulis, penulis perlu memperhatikan hal-hal berikut. (1) Perumusan tesis dan pngungkapan maksud dengan jelas dan benar. (2) Penginventarisan topik ke dalam sub-subtopik secara maksimal. (3) Pengevaluasian semua topik yang telah dirinci ke dalam tahapan: (a) semua bab topik relevan dengan tesisi, (b) jangan ada topik yang sama, dan (c) semua topik dan subtopik sudah disusun secara paralel, (4) Tahapan (3a) dan (3b) dilakukan secara berulang untuk mendapatkan subtopik yang terinci secara maksimal, (5) Penetapan pola susun ragangan yang tepat: pola alamaiah atau pola logis. (6) Sadarilah ragangan tidak sekali buat. (7) Ragangan ini sebagai pedoman penyusunan daftar isi karangan. Melalui tahapan penulisan kerangka karangan, penulis perlu memerhatikanpersyaratan penyusunan kerangka karanganberikut. (1) Tesis sudah jelas dan benar, (2) Data primer dan data sekunder sudah terkumpul, dibaca, dan dikutip dalam catatan. (3) Tiap unit dalam kerangka karangan mempunyai satu gagasan. (4) Pokok-pokok kerangka karangan disusun secra logis, di antaranya (a) unit pokok terinci secara maksimal, (b) tiap rincian ada kaitannya dengan unit atasan langsung, dan (c) urutan rincian baik dan teratur (5) Pilihlah pola kerangka karangan yang diterapkan (a) pola alamiah spasial, (b) pola alamiah kronologis, (c) pola alamaiah topik yang ada (6) Pola logis yang digunakan, (7) Pasangan simbol disusun secara taat asas dengan menggunakan sistem (a) sistem lekuk, (b) sistem lurus, dan (c) sistem gabungan.

SELAMAT DATANG

WELCOME TO MY BLOG